Belajar Menahan Amarah



oleh Ineu  

Pada suatu kesempatan berdiskusi ringan dengan para ibu yang mengantarkan putra-putrinya belajar baca qur'an, saya melontarkan sebuah pertanyaan.

"Ibu-ibu yang saya cintai, apa yang paling sulit dikendalikan dari diri ibu?"

Suasana hening sejenak, mereka terlihat termenung memikirkan sesuatu, lalu tak berapa lama mereka bergiliran menjawab.

"Saya paling sulit mengendalikan marah", jawab seorang ibu yang mendapat giliran pertama menjawab.

Seolah telah terjadi kekompakan, jawaban mereka ternyata senada, ada yang ekspresif penuh gelora saat menyampaikan jawabannya, ada juga yang malu-malu.

"Bagaimana ya Mbak kiat agar bisa menahan atau meredamnya, rasanya dalam kehidupan saya tiada hari tanpa amarah yang terluapkan?", tanya seorang ibu.

Belum sempat saya menjawab, ibu tersebut rupanya masih ingin meneruskan apa yang ia pikirkan. Dengan mimik muka yang lebih serius, beliau menyampaikan perasaannya.

 "Saya kok seperti mempermainkan janji pada Allah, sehabis marah saya beristighfar memohon ampunan atas amarah yang saya perturutkan, tapi tak berapa lama berselang hanya dalam hitungan menit bukan dalam hitungan hari, saya kembali melakukan hal yang sama: meluapkan amarah lagi", urainya panjang lebar.

Semua ibu-ibu yang hadir tersenyum dan mengangguk, saya tak berani menduga apa arti dari senyum dan anggukan mereka. Apakah merasa pertanyaan sang ibu tadi mewakili yang dirasakan mereka juga atau sebagai sebuah ungkapan memahami perasaan sang ibu yang bertanya.

Tak berapa lama, ibu-ibu yang lain pun melontarkan perasaan yang menyebabkan terpicunya reaksi marah mereka, seperti kesal karena suami tidak mengapresiasi upayanya membuat suasana rumah bersih dan nyaman, tersajinya hidangan makanan yang bervariasi dan menggugah selera, juga tak mempedulikan bagaimana sang ibu telah berusaha sedemikian rupa tampil cantik untuk suaminya. Ada juga yang kesal karena ulah buah hatinya, dan lain-lain. Tetapi umumnya para ibu merasa amarah lebih sering terjadi karena dan pada orang terdekat.

Suasana kembali tenang setelah berbagai perasaan mereka tertumpahkan saat itu, kini seluruh mata menatap saya menanti jawaban.

Melihat isyarat itu, saya mengawali jawaban dengan menyampaikan bahwa pertanyaan yang sebelumnya saya ajukan adalah merupakan tema yang ingin disampaikan pada kesempatan tersebut, yakni tentang menahan marah.

Selanjutnya, saya pun mulai menguraikan sedikit yang saya pahami sambil berharap dalam hati semoga Allah membimbing diri saya juga para ibu yang hadir saat itu untuk dapat menyelami lebih dalam ajaran agama yang sempurna ini.

"Ibu-ibu yang dirahmati Allah, tak hanya ibu-ibu yang merasakan itu, saya sendiri juga orang yang harus selalu belajar dan terus belajar dari waktu ke waktu untuk dapat menahan marah. Amarah merupakan suatu tabiat yang sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itulah Allah menjadikan orang yang mampu menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa".

Sejenak saya berhenti, kemudian mengajak mereka membuka qur'annya masing-masing dan membuka surat Ali Imran ayat 133-134. Seorang ibu membacakan arti ayat yang dibaca.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS.3:133-134).

"Di samping itu ibu-ibu, Allah juga memberi pahala kepada orang yang dapat menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya", lanjut saya seraya membacakan arti sebuah ayat yang masih berkaitan dengan hal tersebut.

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim"(QS.Asy Syuura:40).

Mengenai kiat menahan amarah yang ditanyakan mereka, saya pun mencoba mengajak ibu-ibu untuk selalu mengingat kedua ayat tersebut saat rasa marah mulai menguasai hati disamping mencoba mengalihkan perasaan hendak marah itu dengan segera beristighfar dan merubah posisi kita. Berwudhu juga sebuah upaya lebih baik lagi yang dapat dilakukan untuk menenangkan hati.

Saya tambahkan pula untuk menjadi latihan bagi kami semua yaitu mengenali saat-saat letih diri sendiri, pasangan maupun anak kemudian menghindari untuk menyampaikan sesuatu yang tidak kita setujui dari mereka pada saat tersebut atau dengan kata lain menunda sampai suasana nyaman untuk berbicara atau menumpahkan segala yang menjadi uneg-uneg. Dan terakhir, saya sampaikan untuk diri saya dan mereka bahwa kita harus terus-menerus berusaha memahami karakter serta memperbanyak dialog dengan pasangan maupun anak. Hal tersebut perlu ditingkatkan untuk mengikis hambatan-hambatan komunikasi yang sering menjadi bola salju "kemarahan" yang siap meluncur sewaktu-waktu.

Saat ini, rasanya tak sabar ingin segera berkumpul kembali dengan para ibu, karena kami bersepakat untuk berlatih menahan amarah dan menceritakan pengalaman masing-masing saat pertemuan berikutnya.

Ketika Asa Berbuah Nyata




oleh Ginanjar Cahya Komara
Harapan, mimpi, atau - yang lebih iritnya - asa. Itulah hal yang mutlak dimiliki oleh siapa pun yang tidak mau dibilang orang paling miskin. Setidaknya menurut Bapak Menegpora kita. Rasanya memang aneh jika hidup tanpa punya impian. Terlepas dari impian jangka pendek atau jangka panjang, besar atau kecil, untuk diri sendiri atau orang lain, keluarga, bangsa, atau pun dunia. Tapi seberapa besar dampak impian atau asa terhadap kehidupan seseorang?


Teringat kisah Qarun dengan hartanya yang melimpah. Awalnya Qarun adalah seorang yang miskin, namun saleh dan rajin beribadah. Dia merupakan salah satu pengikut Nabi Musa. Suatu ketika Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikan harta yang berlimpah, dengan alasan agar dia dapat lebih khusyu beribadah. Singkat cerita, Qarun dianugerahi harta yang banyak dan berlimpah. Apa yang terjadi? Bukannya bertambah saleh dan rajin beribadah, Qarun malah sombong dan semakin menjauh dari Allah. Tidak mau Qarun mengeluarkan zakat, terhadap Nabi Musa pun sudah semakin menentang. Akhir cerita, Qarun lenyap ditelan bumi lengkap bersama hartanya yang berlimpah.

Di belahan bumi lain pada waktu yang berbeda, ada sepasang suami istri yang baru saja merajut indahnya pernikahan. Mereka berdua saling mencintai, seolah tak mau berpisah barang sedetik pun. Hari-hari dilalui bagai sepasang kekasih yang memadu cinta dengan kegembiraan, canda tawa, kemesraan, dan kehangatan. Obrolan serta perencanaan seputar anak tak pernah lepas menjadi buah bibir keduanya, yang semakin lama semakin menguatkan cinta diantara mereka. Mereka sangat mendambakan kehadiran buah hati mereka yang pertama, kedua, dan seterusnya.

Setiap hari sang suami selalu membopong sang istri di tangannya, membawanya dari kamar ke pintu depan rumah, mencium keningnya, sebelum akhirnya bertolak mencari nafkah. Menjelang senja sang istri selalu setia menanti kepulangan sang suami di ruang tamu, seolah sang suami sudah tak pulang berbulan-bulan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa sudah 11 tahun mereka menikah. Kehidupan mereka telah berubah menjadi semakin mapan, dengan rumah dan mobil mewah. Sang suami sudah menjadi salah satu pengusaha sukses di negerinya. Sang istri memiliki butik yang dikenal sampai ke mancanegara. Hanya satu hal yang tak berubah. Penghuni rumah mereka tak kunjung bertambah.

Berbagai cara telah dilakukan demi terwujudnya keinginan memiliki anak. Namun tak ada satu pun yang membuahkan hasil. Sang suami mulai uring-uringan, tak jarang mengacuhkan sang istri. Dia menyalahkan istrinya yang tak mampu memberinya anak. Sebaliknya sang istri menuduh suaminya yang mandul. Kini hari-hari mereka dilalui dengan dingin. Pertengkaran demi pertengkaran menghiasi rumah mereka yang laksana istana. Tak ada lagi bopongan sang suami sebelum bekerja. Tak ada lagi sang istri yang menyambut kepulangan sang suami. Akhirnya, pernikahan mereka berujung di pengadilan agama dengan perceraian.

Lain cerita lagi, ada seorang pemuda tampan yang masih duduk di bangku kuliah. Pemuda ini sangat ingin memiliki sebuah mobil, seperti teman-temannya yang lain. Setiap hari dia hanya dapat memandang iri teman-temannya yang datang dan pergi ke kampus mengendarai mobil. Sedangkan dia, untuk mencapai kampusnya, harus rela berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan yang lain. Berdesak-desakan di bus bersama penumpang yang lain. Berebut tempat di angkot, sampai kejar-kejaran dengan kereta. Namun keinginannya memiliki mobil ini tak pernah dijembatani dengan usaha untuk meraihnya, sekalipun dengan mengatakannya pada orang lain. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Suatu malam, sang pemuda baru saja pulang ke rumahnya. Terkejut didapatinya sebuah mobil terparkir rapi di garasi rumahnya, tepat di samping mobil sedan milik ayahnya. Mobil itu cantik dan masih baru. Catnya masih mulus mengkilap. Jok mobilnya masih rapat terbungkus plastik. Masa berakhir plat nomornya masih 5 tahun dari sekarang. Segera si pemuda bergegas ke dalam rumah, mencari sosok ayahnya dan bertanya mobil siapa itu. Dengan seuntai senyum sang ayah menjawab, "Itu mobil untukmu, Nak..". Betapa senang pemuda tersebut. Begitu senangnya sampai malam itu tak dapat ia memejamkan mata, tak sabar menunggu hari esok untuk segera menjajal mobil barunya. Kini si pemuda telah menjalani hari-harinya bersama mobil barunya. Tak ada lagi berdesakan di bus, berebut angkot, atau pun kejar-kejaran dengan kereta.

Suatu ketika, Si pemuda pergi ke rumah temannya. Tak lupa ia membawa serta tunggangan barunya. Diparkirnya mobil di pinggir jalan, tepat di depan rumah temannya. Cukup lama si pemuda berada di rumah temannya, bersenda gurau sambil bermain game. Tak lama kemudian si pemuda pamit pulang. Alangkah terkejutnya ketika ia tak mendapati mobilnya berada di tempat di mana seharusnya mobilnya berada. Mobilnya hilang! Ada orang yang mengambilnya, dan pemuda itu tak tahu siapa, kapan, dan bagaimana orang itu mengambil mobilnya.

Begitulah, berbagai fenomena dapat terjadi yang semuanya bermula dari sebuah asa. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan ketika asa berbuah nyata, atau sebaliknya?

http://ginanjarck.web.id

Belajar Memaafkan dan Ikhlas



oleh Ummu Mufais

Di dalam Ash-Shahi disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian, tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim]

Karena hati adalah cerminan akhlaq setiap manusia, bila hati seseorang itu rusak maka rusak pulalah jasadnya.

Di dalam hadist Rosulullah SAW, disebutkan bahwa “….di dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad itu seluruhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Alaa wahiyal qolbu. Itulah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah hati yang selalu menjadi raja dalam diri kita, apa bila kita tidak mengendalikannya dengan baik, maka hati itu akan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa, syirik, dengki, dendam dan pemarah. Setiap manusia di berikan hati oleh Allah swt untuk menentukan satu kebaikan, apa bila hati itu tidak di bimbing dengan baik, maka dia akan rusak, serta membawa jasad kita pada keburukan akhlaq. Nauzubillahi min zalik.

Ketika masa SMA dulu, saya sering mendengar perseteruan antara teman, yang mungkin sebenarnya dapat di selesaikan dengan baik, namun tahun sudah berlalu, rasa sakit itu masih di bina, sehingga ketika bertemu, bagai dua orang yang tidak pernah kenal satu sama lain. Ini mungkin yang harus kita perbaiki, dimana setiap hati itu kita yang mengendalikan, dan bila si empunya hati itu terus menerapkan keikhlasan, maka tidak akan terjadi saling tuding dan saling emosi yang mengakibatkan jidal ( saling menjawab/ bantah-bantahan). Sering kali kita lupa pada diri kita, bila kita sudah melihat keburukan seseorang, banyak argumentasi yang selalu ingin membenarkan diri kita sendiri.

Sesungguhnya sifat pemaaf itu lah yang membentuk diri kita menjadi seseorang yang berhati mulia dan Allah s.w.t menyukai orang-orang yang bersifat pemaaf.

Firman Allah swt, yang bermaksud: "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (Surah Al-Imran:Ayat 134)

Saya telah banyak dapat pelajaran berharga dari si kecil. Saat ini dia berumur 10 tahun, sejak kecil saya sudah mengajarkannya untuk menjadi orang pemaaf, demikian juga dengan kedua anak saya yang lain. Tapi memang si kecil ini lebih kritis dari kedua kakaknya, sehingga sering sekali saya mendapat teguran darinya. Contohnya saja ketika dia masih di sekolah TK, hampir setiap hari saya harus mengantar dan menjemputnya.

Suatu hari saya pernah mendapat teguran darinya, saat itu saya sedang menjemputnya dari TK, dan pada saat hendak naik Tram ( kereta ), si kecil saya melihat ada seorang nenek menbawa tas berat, dan saya sama sekali tidak memperhatikannya, tiba-tiba dia menegur saya " Ummi...kenapa kok Ummi gak bantuin nenek itu sih ?, kan kasihan, nanti kalau Ummi sudah tua juga kayak dia gimana? " Saya benar-benar tersentuh dengan tegurannya, saya tidak menyangka dia akan berkata demikian, karena memang sejak tadi saya tidak memperhatikan nenek itu sama sekali.

Sejak saat itu saya harus lebih hati-hati lagi dalam melakukan sesuatu, seperti beberapa hari lalu, saya juga di kejutkan dengan ulahnya. Saat itu dia pulang dengan membawa coklat yang masih utuh, padahal coklat itu saya berikan untuknya sebagai tambahan, bila nanti di sekolah dia masih lapar, tapi rupanya dia tidak memakannya, padahal setahu saya dia sangat suka sekali dengan coklat itu. Ketika saya tanya, "kenapa coklatnya belum di makan", dia menjawab

" sebenarnya coklat ini tadi ismail kasihin ke daniel, tapi dia minta pegangin dulu, lalu kebawa pulang deh "

Jawaban itu membuat hati saya terharu, karena baru saja kemarin anak saya di buat kesal oleh temannya itu. ceritanya temannya itu memberi kertas mainan kepadanya, tapi ketika dia hendak pulang kertas itu di mintanya kembali, terlihat di wajahnya sangat sedih, begitu dia sampai di rumah. Dan saat itu anak saya ingin memberikan coklat kesayangannya itu untuk temannya yang sudah menyakitinya. Ketika saya tanya lagi pada dia,

" kenapa coklat itu hendak di berikan ke temannya "

" karena dia kan teman Ismail " ,

subhanallah nak sungguh bersih hati mu, semoga Allah swt menjaganya senantiasa.

Itu semua jadi pelajaran untuk saya, agar senantiasa membersihkan hati dari dendam dan senantiasa ikhlas, walaupun mungkin kita sudah di sakitinya, namun memaafkan itu lebih indah dari pada menyimpan dendam. Kadang kita merasa dia ( teman kita) sudah menyakiti kita, tapi apakah teman kita itu tahu bahwa kata-katanya telah membuat kita tersinggung, adakalanya kita terlalu sensitif dan terlalu berperasaan, sehingga tidak memakai logika yang baik. Saya juga pernah dapat nasehat dari kakak saya, saat itu saya juga sedang tersinggung dengan seseorang, ketika saya mengadukan hal itu pada kakak saya, lalu kakak saya mengatakan :

" kalau seseorang telah menyakiti kamu, lihatlah satu kebaikan yang pernah dia perbuat terhadap kamu, maka kamu akan terlupa dengan kata-kata atau perbuatannya yang manyakiti kamu, dan kamu akan memaafkannya ".

Itulah hati, sekerat daging yang ada di dalam tubuh kita, yang kian hari kian baik bila kita memeliharanya dengan menumbuhkan cinta serta ikhlas kepada siapa pun. Dan juga pada yang memberikan hati yaitu ALLAH Azza wa Jalla.

Seperti dikatakan Rasullulah SAW dalam sebuah Hadits. “Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Mari teman-teman kita bersihkan hati kita dari segala penyakit hati, perangilah hati kita dari semua keburukan, karena hati merupakan hakikat manusia,
sekaligus menjadi cermin kebaikan dan kerusakannya. Kita tidak harus memburu hati kita dengan senapan, seperti perang yang terjadi di Palestina dengan para zionis israel, karena memang seluruh dunia tahu bahwa perang itu adalah untuk menumpas kebathilan, berbeda dengan kita, yang hanya memerangi hati kita dari penyakit hati, dengan cara dzikir dan berdoa, serta memohon pada yang Maha Kuasa agar hati kita di tetapkan dalam kebaikan.

Ingatkah kita tentang cerita Rosulullah saw kepada Anas bin Malik, ketika itu Beliau sedang berkumpul dengan para sahabat, lalu Beliau mengtakan kepada para sahabat, akan datang seorang ahli syurga. Sehingga salah satu dari sahabat sempat bermalam di rumahnya, untuk mengetahui apa saja yang telah di kerjakan oleh ahli syurga tersebut, namun tidak ada yang istimewa dengan nya, melainkan ketika dia hendak tidur, dia selalu memaafkan dan tidak punya dendam pada siapa pun. Jadi memang tidak ada yang istimewa darinya, kecuali kebersihan hati yang di milikinya.

Inginkah kita juga menjadi ahli syurga...? jadilah hamba Allah yang pemaaf yang selalu membersihkan hati kita dari segala penyakit hati. Dan jangan lupa pula, kita doa kan teman-teman kita yang mungkin tidak sengaja telah menyinggung perasaan dan hati kita, saat berinteraksi dengan kita, semoga Allah swt memberi hidayah kepadanya. Amiin ya Robbal´alamiin.

Anak adalah titipan dari Allah



oleh Ummu Mufais

Nenek itu terlihat lagi di jalan, sudah beberapa kali ini saya berjumpa dengannya, nenek itu berkebangsaan Rusia dan sudah lama tinggal di Jerman. Namun tak pernah saya lihat dia bersama dengan suami atau anaknya.

Seperti biasa saya segera menghapirinya dan mengulurkan tangan saya, untuk berjabat tangan. Dia langsung menyambutnya dengan senyuman yang begitu manis, sambil memegang erat tangan saya dia berkata " Du bist noch yung " (kamu masih muda ), dengan suara yang hampir tidak terdengar dan wajahnya nampak terlihat agak muram. Lalu dia meneruskan ceritanya " Saya sudah tua, umur saya sudah 81 tahun, suami saya sakit dan tidak bisa lagi di ajak jalan-jalan, sedangkan anak saya sibuk sekali. " Ooo rupanya itu yang hendak dia ceritakan pada saya, namun setelah semua cerita itu selesai, wajahnya kembali ceria lagi, sambil memandangi anak saya satu persatu.

Tidak lama kemudian saya berpamitan, karena saya harus segera pergi. Di dalam mobil saya masih terus saja terbayang wajahnya, mungkin nenek itu ingin sekali di temani setiap saat jalan-jalan, atau mungkin sekedar untuk mendengarkan cerita-ceritanya. Saya jadi teringat kedua Orang tua saya yang sudah renta, beliau berada jauh di negri sebrang, saya tidak dapat memperhatikannya setiap saat.
Mungkin di saat tua inilah beliau membutuhkan kasih sayang, teman untuk bercerita, teman untuk mengeluh dan teman untuk mengajaknya jalan-jalan pagi.

Oh...Ibu maaf kan anak mu yang mungkin belum sempat membahagiakan mu, saya tengok anak-anak saya satu-persatu yang duduk di belakang, mereka berebut bicara untuk mengatakan kalau nenek tadi adalah, nenek dari temannya yang biasa bermain bersamanya.

Dulu ketika saya masih di Kassel dan harus menjalani Operasi, saya juga bertemu dengan seorang nenek yang mengeluhkan tentang anak-anaknya pula, kebetulan saya satu kamar dengannya. Dia mengatakan pada saya, " sekarang anak-anak kamu masih kecil-kecil dan masih nurut, serta masih memberi perhatian pada kamu, tapi nanti kalau anak kamu sudah besar, maka mereka tidak akan perduli lagi dengan kamu. Ini, contohnya saja saya, sudah seminggu saya berada di rumah sakit tidak ada satupun anak saya yang membesuk saya " sambil mengusap air matanya, nenek itu seakan tenang telah mendapat tempat untuk melepas semua kesedihannya.

Tanpa sengaja saya langsung berkata, " anggaplah saya anak kamu, saya akan memanggil kamu Ibu " terlihat wajahnya begitu ceria dan bahagia sekali, saya juga tidak menyangka, saya begitu entengnya mengatakan hal itu.
Saya berdoa semoga anak saya tidak seperti yang dia katakan, semoga anak-anak saya menjaga saya di hari tua, dan mentalkin saya ketika tugas saya di dunia ini telah berakhir, Semua itu sebenarnya tergantung dari bagaimana kita sebagai Orang tua mendidik anak-anak kita sejak kecil.
Ada beberapa teman saya yang berpendapat, bahwa anak-anak itu tidak boleh di larang, biarkan anak-anak kita bermain dengan senang, dan mengekspresikan kesenangannya. Padahal ketika dulu saya masih tinggal di Braunschweig, ada seorang Ustadz yang datang dan berceramah untuk kita-kita tentang pendidikkan anak dalam Islam, Beliau mengatakan :

" Anak-anak itu bagaikan kertas putih, bila kita menuliskan sesuatu pada kertas itu dan salah, ketika kita hapus maka akan ada bekas, walaupun mungkin tidak begitu terlihat, demikian juga halnya dengan anak-anak, mereka akan terus menyimpan semua yang terjadi di masa kecil, apa lagi bila si anak tidak di atur dan tidak di didik dengan baik, maka memori yang dia simpan adalah memori itu sampai si anak besar ".

" Dalam melarang anak-anak juga kita harus punya aturan, apakah ketika anak itu sedang menggambar atau menulis di tembok kita biarkan ?, kita larang dan kita beri tahu dengan baik dan kita juga memberi contoh ".

" itulah salah satu cara untuk mendidik anak-anak kita disiplin dalam berbagai hal ". Semua yang saya dengar dari beliau, menjadi bahan untuk saya dalam mendidik anak-anak saya, saya ingin anak-anak saya berakhlaq mulia dan menjadi anak yang sholeh.
bahkan beliau sempat memberi trik pada semua ibu-ibu yang mungkin cepat marah, agar ketika si anak bertingkah laku aneh sehingga membuat kita marah, maka peluklah erat-erat anak itu dan katakan padanya " Semoga kelak kamu jadi President nak ". Hal itu akan membuat kita terlupa akan marah dan si anak juga akan menjadi baik. Mengapa beliau mengatakan demikian?, karena terkadang bila si ibu marah suka lupa untuk mengontrol diri, sehingga perkataan yang keluar itu tidak bermanfaat, padahal setiap ucapan yang keluar dari mulut seorang ibu itu adalah doa.

Subhanallah begitu terkesan bagi saya untuk memahami hal ini, mungkin bagi sebagian orang tua mendidik anak adalah sesuatu yang sangat indah, karena baginya anak adalah anugrah yang terindah yang Allah berikan kepadanya. Namun ada juga mereka yang merasa kesulitan dalam mendidik anak-anaknya, semua itu tergantung pada niat. ( Innamal a´malu binniyat )

Kini saya tahu kenapa dalam Hadist Rosulullah mendahulukan nama Ibu yang harus di hormati setelah itu baru Ayah, karena ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, seperti ibu-ibu yang berada di Palestina sana, mereka mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang pemberani, mereka di ajarkan untuk kuat dalam bertempur dan tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata. Mereka menjadi anak-anak yang tangguh yang selalu siap kapanpun mereka harus kembali kepada yang Maha Kuasa, mereka juga harus siap bila di antara saudara atau Orang tua mereka harus syahid terlebih dahulu, padahal mereka ada yang seumuran dengan anak-anak kita, tapi mereka telah mempunyai azam yang sangat tinggi sejak kecil.

Ya Allah jadikanlah anak-anak ku, sebagai pengikut Rosulullah yang setia, dan jagalah mereka dari siksa api neraka.
Karena sesungguhnya mereka adalah titipan dari Mu dan amanah yang sangat berat bagi ku, maka berikanlah kemudahan bagi ku dalam mendidik nya. Amiin.

Rosululloh SAW bersabda : "Tidaklah orangtua memberikan kepada anaknya pemberian yang lebih utama selain dari pendidikan yang baik " (HR. Tirmidzi & Thabrani)

Firman Allah dalam QS. At tahriim : 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)

Teruntuk anak-anak Ummi tercinta di jalan Allah, maaf kan Ummi sayang, bila dalam mendidik kalian, kadang masih ada kekurangan.

Membeli Kebun di Surga



oleh Dadi M. Hasan Basri

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah, di surga nanti, ia akan memiliki seperti yang ia sedekahkan.”

Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku memiliki dua kebun. Apabila salah satunya kusedekahkan, apakah kelak aku akan memiliki kebun seperti itu di surga?’

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah kembali bertanya, “Apakah istri (Ummu Dahdah) dan anak-anakku juga akan bersamaku di surga?”
Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah pun membulatkan tekadnya untuk menyedekahkan kebunnya yang terbaik. Sesampainya di kebun itu, ia berjumpa dengan istri dan anak-anaknya. Ia pun menegaskan kepada mereka, “Aku akan menyedekahkan kebun ini. Dengan begitu, aku membeli kebun seperti ini di surga. Adapun engkau, istriku, akan bersamaku dan seluruh anak kita.”

Tiba-tiba saja meneteslah air mata bahagia dari kedua pelupuk mata istrinya yang beriman itu.
Istri Abu Dahdah lalu berkata, “Semoga yang engkau jual dan beli diberkati Allah SWT, wahai suamiku.”

Istri Abu Dahdah kemudian segera memanggil anak-anaknya dan meninggalkan kebun itu karena sudah bukan milik mereka lagi. Akhirnya, kebun itu menjadi milik umat Islam yang miskin.

Kisah diatas dikutip oleh al-Kalbi dalam tafsirnya saat menjelaskan surah al-Baqarah ayat 245,
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjamannya yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Kisah ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kisah ini mengingatkan kita bahwa apa yang tengah kita genggam sekarang ini, apa yang kita miliki kini, pada hakikatnya tidaklah memiliki arti apa-apa bila tidak kita infakkan, bila tidak kita sedekahkan di jalan Allah.

Harta yang diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan kenikmatan surga bukanlah harta yang kita peroleh kemudian kita simpan, melainkan harta yang kita peroleh dengan jalan yang halal kemudian kita infakkan (nafkahkan) dan kita sedekahkan.
Abu Dahda, seorang sahabat Nabi, ketika mendengar bahwa sedekah yang kita berikan akan diganti oleh Allah dengan ganti yang setimpal, bahkan lebih, dengan segera menginfakkan salah satu dari dua kebunnya, bahkan kebunnya yang terbaik. Ia berharap Allah akan menggantinya dengan kebun serupa di surga kelak.

Kisah ini dapat kita jadikan bahan renungan dan cerminan, apakah sudah seperti itu upaya kita untuk mendapatkan hal yang sepadan di akhirat kelak dengan apa yang kita infakkan di dunia ini. Apakah infak dan sedekah yang kita keluarkan hanyalah serpihan-serpihan kecil atau remah-remah dari harta kita yang tidak berarti dan tidak kita perhitungkan?

Seorang teman pernah berseloroh, “Bila Anda merasa berat sewaktu berinfak dengan sepuluh ribu rupiah, tetapi merasa ringan sewaktu berinfak dengan seribu rupiah, seukuran itu pulalah kualitas Anda. Semakin ringan Anda mengeluarkan infak dalam jumlah yang semakin besar dalam kemampuan Anda, sebesar itu pulalah kualitas Anda.”

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,“Berikan hartamu maka Aku akan memberi kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu, jangan ragu-ragu untuk berinfak dan bersedekah. Biarkanlah diri Anda memberi. Bila Anda melakukannya dengan ikhlas dan kerendahan hati, banyak berkah Ilahi yang mengalir kepada Anda.

Tujuh manfaat bersedekah:
1. membebaskan dari kesulitan,
2. menyembuhkan penyakit,
3. memelihara harta benda,
4. meredakan murka Allah,
5. menarik cinta kasih manusia,
6. membuat hati yang keras menjadi lembut, dan
7. menambah keberkahan usia.

Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Sebaik-baik harta adalah yang kamu infakkan (sedekahkan) dan sebaik-baik ilmu adalah yang memberimu guna.”

Untuk Para Caleg Muslim yang terhormat



oleh Agus Suryanto

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang pada pagi yang indah dan berbahagia ini kita dipertemukan untuk saling bersilaturahmi, saling mengungkapkan kasih sayang diantara kita. Sholawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sang panutan.

Adalah sebuah keindahan dan kebahagiaan kala Allah kumpulkan kalian, para caleg muslim, orang – orang terpilih, dari seluruh Indonesia untuk berkumpul. Kalianlah manusia pilihan ummat yang nantinya akan mewakili mereka untuk mensejahterakan di dunia dan mengarahkan untuk masuk ke dalam syurga.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Sebagai orang – orang terpilih tentunya kalian memiliki kapasitas yang lebih dari orang – orang kebanyakan. Kalian memiliki kemampuan yang bisa diandalkan untuk memperjuangkan amanat rakyat. Kalian memiliki keilmuan yang berguna untuk menunjang tugas kalian nantinya. Kalian memiliki ruhiyah yang tinggi yang akan membasahi ruh rakyat agar mereka menjadi tenang mewakilkan sebagian urusan mereka kepada kalian. Kalian memiliki semangat yang tinggi untuk mengeluarkan negeri ini dari jurang kemiskinan. Dan tentunya kalian memiliki komitmen untuk tidak mengulang sejarah, kala pejabat memperbudak rakyatnya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Rasanya tidak terlambat untuk mengingatkan kalian akan arti pentingnya niat. Karena Rosulullah telah mengingatkan bahwa semua berawal dari niat. Artinya, dari niatlah semuanya berawal dan tergantung niat kalianlah arah negara ini akan bergerak. Niatkanlah semuanya untuk beribadah kepada Allah semata. Sehingga dana yang kalian keluarkan untuk memperkenalkan diri dalam bentuk bendera, spanduk, stiker dan baliho juga bernilai ibadah. Bergadang kalian bernilai ibadah. Keringat kalian bernilai ibadah. Dan pada akhirnya ketika kalian terpilih pun dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.

Hikmahnya adalah kala kalian tidak terpilih menjadi anggota legislative, karena tidak mungkin semuanya terpilih terkait jumlah yang terbatas pada masing – masing tingkatannya, maka kalian tidak akan menyesal. Bahwa dana yang telah kalian habiskan yang mungkin hasil menjual sawah, kebun, mobil dan sebagainya akan diganti Allah sebesar 700 kali lipat. Kalian sebenarnya tidak kehilangan sehingga kalian tidak perlu shock dan stress atau iri dengki kepada caleg lain yang terpilih. Bahwa waktu yang kalian habiskan dan keringat yang keluar dari tubuh kalian yang berimbas kelelahan dan kepenatan juga tidak sia –sia. Allah akan gantikan dengan hal yang mungkin tidak kalian duga.

Selanjutnya jika nantinya kalian terpilih menjadi anggota legislative. Maka kalian tidak akan berupaya untuk mengembalikan modal kampanye kalian. Bahkan kalian tidak pula berpikir untuk mem’bunga’kan dana yang telah kalian keluarkan sehingga pemikiran untuk menjadi broker – broker anggaran atas nama manajemen fee atau upah pungut atau apapun namanya tidak pernah terlintas dalam otak kalian. Begitu pula kalian akan menolak ‘amplop’ dari pejabat atau pengusaha kala kalian berkunjung ke tempat mereka atau kunjungan studi banding, karena akomodasi dan SPPD kalian sudah dibiayai negara sehingga tidak ada alasan amlop itu adalah uang hotel, uang pulsa, uang transport atau uang apalah namanya.

Itulah arti pentingya niat. Karena keselamatan kalian didunia agar tak digrebek KPK dan keselamatan kalian di Akhirat agar tidak diundang masuk Neraka semuanya berawal dari niat. Karena maju atau mundurnya negara ini, sejahtera atau miskinnya ummat adalah berawal dari niat kalian.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Saya tahu untuk menjadi caleg tidaklah murah. Sejak awal untuk ‘nongkrong’ dalam daftar caleg suatu partai kadang diharuskan untuk memberi ‘setoran’. Belum lagi biaya belanja iklan, biaya traktir makan atau bahkan untuk mengisi proposal – proposal yang bersliweran. Semua itu tentulah membutuhkan dana yang besar dan bahkan mungkin lebih besar dari harta kalian.

Untuk itulah saya berpesan. Pandai – pandailah kalian menyeleksi bantuan. Jangan sampai bantuan dana yang kalian terima bersumber dari dana haram atau dana yang tidak jelas asal usulnya, sehingga kala kalian terpilih maka kalian akan bekerja dengan banyaknya titipan pesanan dari mereka yang telah memberikan bantuan. Ingatlah. Bahwa sejarah negara ini telah penuh dengan hal – hal demikian. Dan kalianpun telah melihat hasilnya berupa kemiskinan dan perampokan anggaran. Bukankah kalian hadir untuk membawa perubahan?

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Saya tahu antara kalian saling berkompetisi untuk menarik hati rakyat agar memilih kalian. Dan bahkan dengan peraturan yang baru yaitu suara terbanyak maka persaingan juga terjadi dalam internal partai kalian. Ada hal yang perlu saya ingatkan. Kalian semua adalah muslim. Dan setiap muslim adalah bersaudara. Maka sangat tidak pantas dan adalah ironi jika persaingan yang kalian lakukan adalah persaingan yang tidak sehat. Sehinga timbullah saling fitnah, black campaign, menggunting dalam lipatan, atau saling makan tulang teman. Ketahuilah. Bahwa efek persaingan tidak sehat ini tidak akan hilang begitu saja. Bahkan entah bilangan hari atau bilangan tahun atau bahkan sampai beranak cucu maka efeknya terus berlanjut. Maka telah dikemanakankah persaudaraan kalian?

Bukankah sebaiknya kalian merekomendasikan beberapa caleg yang lain yang untuk dipilih rakyat karena dalam penilaian kalian kapasitas mereka lebih baik dari kalian. Bahwa keilmuan mereka lebih baik. Bahwa keistiqomahan mereka lebih baik. Bahwa tujuan kalian adalah untuk melayani rakyat, berusaha mensejahterakan mereka, dan mengajak mereka untuk bersama – sama masuk syurga. Sehingga walaupun kalian ada yang tidak terpilih nantinya, maka kalian tetap akan memberikan usulan konstruktif untuk perubahan dan perbaikan. Jika perlu kalianlah yang berada di garda terdepan untuk mengingatkan kala sang anggota legislative mulai melenceng dari niatnya.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Setelah kalian terpilih nanti kalian akan menemui banyak godaan. Ada godaan dana reses sebagai dana untuk menyerap aspirasi rakyat. Janganlah kalian membuat kwitansi palsu sebagai pertanggungjawaban dana tersebut, padahal dana itu untuk keperluanmu atau kegiatan partaimu. Ingatlah kwitansi palsu adalah kebohongan. Dan seorang muslim selayaknyalah tidak berbohong.

Godaan selanjutnya adalah besarnya kekuatan kalian untuk membuat anggaran. Sehingga kalian bisa mengusulkan dan menyetujui anggaran – anggaran yang tidak jelas tujuannya. Ada anggaran yang langsung bisa kalian nikmati atas nama dana komunikasi intensif, dana legislasi dan berbagai sebutan lainnya. Padahal dana – dana itu tida bermanfaat bagi rakyat dan kalian telah digaji untuk bekerja.

Ada pula anggaran – anggaran yang diajukan pemda, departeman atau lembaga lainnya yang jika kalian cermat maka kalian akan menemukan bahwa pos anggaran itu hanyalah cara untuk ‘bancakan’ uang negara. Karena sebenarnya kegiatan yang mereka usulkan adalah kegiatan sehari – hari mereka yang tidak perlu kegiatan khusus untuk melaksanakannya. Jangan tergoda untuk ‘kecipratan’ dari anggaran itu juga.

Selanjutnya waspadalah dari godaan amlop yang nilainya jutaan bahkan mungkin ratusan juta atau milyaran. untuk menggolkan pasal – pasal tertentu dalam undang – undang atau perda yang sedang kalian buat. Ingatlah bahwa kalian ‘dibayar’ oleh rakyat maka loyalitas kalian adalah untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan pemilik amplop.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Jangan jadikan hotel, cafĂ© atau diskotek dan tempat dugem lainnya sebagai tempat – tempat lobi antar fraksi dan lobi antar partai. Kalian adalah muslim. Tentunya kalian tahu batasan – batasan sebagai muslim. Jika kalian mengunjungi tempat – tempat itu dan bahkan sebagai ajang lobi, maka saya takutkan kalian akan terjerat kepada fitnah minuman keras, fitnah perempuan dan fitnah perjudian. Jangan pula beralasan yang penting kita melebur tapi tidak tercampur, kita masuk kedalam air tapi tidak basah. Karena hal itu adalah tidak mungkin, dan lambat laun kalian akan asin juga.

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Sudah saatnya kita mengakhiri penjajahan negara kita. Cukup sudah 350 tahun dijajah belanda. Cukup sudah 3,5 tahun dijajah Jepang. Dan cukup sudah 64 tahun dijajah Barat melalui tangan – tangan pejabat pribumi. Saatnya kita rebut kembali migas kita, saatnya kita rebut kembali emas kita, saatnya kita rebut kembali batu bara kita dan saatnya kita rebut kembali hutan kita yang dalam penguasaan mereka hanya bencana yang kita terima, kerusakan hutan, banjir, dan pencemaran lingkungan. Dan bahkan penduduk sekitar pertambangan itu masih saja miskin padahal kekayaan alam mereka dirampok. Bacalah kembali UUD 1945 pasal 33. Bukankah kekayaan alam itu untuk kesejahteraan rakyat, bukan kesejahteraan bangsa dan negara lain?

Para caleg muslim yang semoga dirahmati Allah. Terlalu banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan di negara tercinta ini. Akan sangat panjang untuk dibahas dalam waktu yang terbatas ini. Maka mari kita mohonkan kepada Pemilik Alam ini agar memberi kekuatan kepada kita untuk menyelamatkan bangsa ini yang sedang menuju kehancuran. Mari kita minta pertolongan-Nya. Dan semoga pula kita tetap istiqomah dalam kebenaran dan mampu menjauhi segala godaan.

Mari “ Bangkit Bersama Menuju Perubahan’
Akhirul kalam. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Memulai dari Hati



o leh M. Arif As-Salman  

Dalam kehidupan yang kita jalani, kita temukan beberapa orang begitu dekat dengan jiwa kita dan beberapa orang yang lain agak terasa jauh. Dengan yang dekat terasa sekali adanya keterbukaan, saling memahami, saling memberi, memaklumi dan saling menghargai. Adapun yang terasa jauh, terasa sulit pula hubungan itu dibina. Seakan ada hijab yang membatasi hubungan itu.
Yang dekat bermula dari saling kenal, menemukan adanya kesesuaian hati, pikiran dan seterusnya tumbuh rasa cinta hingga terbina sebuah hubungan yang erat. Bukan karena jarak yang dekat, bukan adanya kesamaan fisik yang menjadi dasar terbina kedekatan itu tapi hati telah menyatu dan saling bertemu.

Seseorang yang bisa mengambil hati orang lain, orang tersebut akan dicintai dan disayangi. Seorang laki-laki yang punya perhatian pada seorang wanita, wanita itu akan luluh hatinya hingga timbullah rasa cinta dan ingin untuk selalu dekat. Seorang suami yang pandai mengambil hati istri ia akan disayangi oleh istri. Seorang ayah yang mengerti dengan keadaan anaknya, bisa mengambil hatinya, anak tersebut akan cinta pada ayahnya.

Semuanya bermula dari hati.

Hati bagai seorang raja yang mengepalai angkatan perangnya. Ia berhak memerintah, berkehendak dan memaksa maupun melarang sekehendaknya.  Ketika seorang bapak melihat dari tingkah laku anaknya yang kurang baik, bapak yang mengerti akan mulai masuk kedalam hati anak, ia mencoba menyelami keinginan dan jiwanya, ketika bapak bisa memahami sang anak dan hati anak telah dapat dikuasainya, bapak tadi akan mudah mengarahkan anak tadi pada keinginannya.

Seorang pimpinan perusahaan yang pandai mengambil hati karyawannya, ia akan dihormati dan disegani. Seorang guru yang menguasai ilmu hati akan dicintai dan dekat dengan para muridnya.
Bila dalam sebuah kerajaan ada seorang Raja yang zalim pada rakyatnya karena beberapa ketentuan yang ia terapkan, maka langkah pertama yang tepat untuk dilakukan adalah dengan mendatangi raja tersebut oleh seorang `alim, bijak dan disegani. Ia secara perlahan mulai menjelaskan dampak negatif dari ketentuan tersebut. Kalau pada pertemuan pertama ia belum bisa menerima, teruskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan coba masuk pada jalan lain kedalam hatinya.

Adapun bila mengerahkan rakyat untuk berdemo secara langsung pada Raja, itu bukanlah cara yang tepat. Bahkan bisa berdampak lebih buruk.  Raja dengan segala keangkuhannya akan mengerahkan semua prajuritnya untuk menangkap rakyat yang membangkang, mereka akan dihukum, disiksa dan dibunuh.

Sesungguhnya, hati kecil manusia cenderung pada kebenaran, hanya saja diri mereka terkadang dikuasai oleh kebodohan, setan, hawa nafsu, syahwat dan manusia jahat yang ada disekitar dirinya. Ketika ada seorang `alim yang datang dengan cara lembut, hikmah, penuh cinta dan kasih sayang, hati yang keras itupun dengan perlahan akan menjadi lunak juga, insya Allah.

Allah mengingatkan Rasulullah Saw. untuk tidak bersikap keras dan kasar dalam dakwah beliau, karena hal demikian akan membuat orang-orang menjauh dan berpaling dari beliau. Sehingga sejarah telah mencatat betapa para sahabat begitu mencintai Rasulullah Saw. melebihi kecintaan mereka atas diri mereka sendiri, atas orang tua, anak dan istri mereka, sehingga mereka rela berkorban segala hal untuk beliau, berkorban harta, waktu , tenaga, meninggalkan kesenangan dunia untuk ikut berjihad bersama beliau dan bahkan rela berkorban nyawa melindungi Rasulullah Saw. dari serangan musuh dengan diri mereka dan bahkan juga memerangi orang tua yang menentang dakwah beliau. Semua itu karena Rasulullah Saw. telah dapat menguasai hati para sahabat beliau.

Kembali pada hati, kita tidak akan bisa merubah sikap buruk orang pada kita , tapi rubahlah hatinya pada kita dengan sikap yang lembut padanya, kita juga tak akan bisa merubah sebuah sistem sebelum kita bisa menguasai hati pembuat sistem, sehingga pada nantinya mereka sendiri yang akan memperbaiki kesalahan mereka karena adanya keterpanggilan dari hati mereka.

Manusia juga bukanlah seperti kerbau yang ketika salah, lambat, tidak menurut, lalu di hardik, dipukuli, dibentak dan seterusnya. Tapi manusia punya hati yang didalamnya berkumpul berbagai rasa, keinginan dan kecenderungan. Dan hati sangat sensitif, ia tidak bisa di sikapi dengan cara keras dan kasar. Ia perlu akan adanya kasih sayang, perhatian yang terus menerus, adanya cinta dan penghargaan yang tulus.

Mari kita cobakan pada diri kita, ketika seseorang yang kita kenal begitu baik, perhatian , sering menolong, selalu datang pertama disaat kita butuh, penulis yakin kita pasti akan sayang dan cinta pada orang itu dan kita sangat ingin bisa membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik.
Menguasai hati memang sulit dan perlu kesabaran, karena tidak dinamakan hati melainkan seringnya ia berbolak balik, namun ketika ia telah dikuasai, semuanya akan menjadi mudah, insya Allah.
Semoga bermanfaat.

Translator dari Indonesia ke . .

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Indahnya Hikmah dari kehidupan Manusia, sejak dilahirkan hingga dewasa dan akhirnya kembali ke Haribaan ALLAH SWT, bagaikan indahnya kembang jambu, kemudian berproses menjadi buah yang bermanfaat bagi mahluk lainnya. Semoga Keindahan kehidupan kita tidak sirna walaupun kita telah tiada.

Selamat membaca

Blog ini berisi kumpulan artikel OASE IMAN yang pernah dimuat di http://www.eramuslim.com/oase-iman Banyak hal menarik yang dapat kita teladani dari sauri teladan kisah-kisah dan hikmah dibaliknya. Untuk itu maka, arsip tulisan ini terasa sangat sayang jika hanya disimpan di dalam file saja.

Dengan adanya blog ini, Semoga membawa manfaat bersama kepada saudara-saudaraku semua.

Sahabat KembangJambu, ada di. .

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.