Kamis, 24 Mei 2012 |
0
komentar
o leh M. Arif As-Salman
Dalam
kehidupan yang kita jalani, kita temukan beberapa orang begitu dekat dengan
jiwa kita dan beberapa orang yang lain agak terasa jauh. Dengan yang dekat
terasa sekali adanya keterbukaan, saling memahami, saling memberi, memaklumi
dan saling menghargai. Adapun yang terasa jauh, terasa sulit pula hubungan itu
dibina. Seakan ada hijab yang membatasi hubungan itu.
Yang
dekat bermula dari saling kenal, menemukan adanya kesesuaian hati, pikiran dan
seterusnya tumbuh rasa cinta hingga terbina sebuah hubungan yang erat. Bukan
karena jarak yang dekat, bukan adanya kesamaan fisik yang menjadi dasar terbina
kedekatan itu tapi hati telah menyatu dan saling bertemu.
Seseorang
yang bisa mengambil hati orang lain, orang tersebut akan dicintai dan
disayangi. Seorang laki-laki yang punya perhatian pada seorang wanita, wanita
itu akan luluh hatinya hingga timbullah rasa cinta dan ingin untuk selalu
dekat. Seorang suami yang pandai mengambil hati istri ia akan disayangi oleh
istri. Seorang ayah yang mengerti dengan keadaan anaknya, bisa mengambil
hatinya, anak tersebut akan cinta pada ayahnya.
Semuanya
bermula dari hati.
Hati
bagai seorang raja yang mengepalai angkatan perangnya. Ia berhak memerintah,
berkehendak dan memaksa maupun melarang sekehendaknya. Ketika seorang bapak melihat dari tingkah
laku anaknya yang kurang baik, bapak yang mengerti akan mulai masuk kedalam
hati anak, ia mencoba menyelami keinginan dan jiwanya, ketika bapak bisa
memahami sang anak dan hati anak telah dapat dikuasainya, bapak tadi akan mudah
mengarahkan anak tadi pada keinginannya.
Seorang
pimpinan perusahaan yang pandai mengambil hati karyawannya, ia akan dihormati
dan disegani. Seorang guru yang menguasai ilmu hati akan dicintai dan dekat
dengan para muridnya.
Bila
dalam sebuah kerajaan ada seorang Raja yang zalim pada rakyatnya karena
beberapa ketentuan yang ia terapkan, maka langkah pertama yang tepat untuk
dilakukan adalah dengan mendatangi raja tersebut oleh seorang `alim, bijak dan
disegani. Ia secara perlahan mulai menjelaskan dampak negatif dari ketentuan
tersebut. Kalau pada pertemuan pertama ia belum bisa menerima, teruskan pada
pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan coba masuk pada jalan lain kedalam hatinya.
Adapun
bila mengerahkan rakyat untuk berdemo secara langsung pada Raja, itu bukanlah
cara yang tepat. Bahkan bisa berdampak lebih buruk. Raja dengan segala keangkuhannya akan
mengerahkan semua prajuritnya untuk menangkap rakyat yang membangkang, mereka
akan dihukum, disiksa dan dibunuh.
Sesungguhnya,
hati kecil manusia cenderung pada kebenaran, hanya saja diri mereka terkadang
dikuasai oleh kebodohan, setan, hawa nafsu, syahwat dan manusia jahat yang ada
disekitar dirinya. Ketika ada seorang `alim yang datang dengan cara lembut,
hikmah, penuh cinta dan kasih sayang, hati yang keras itupun dengan perlahan
akan menjadi lunak juga, insya Allah.
Allah
mengingatkan Rasulullah Saw. untuk tidak bersikap keras dan kasar dalam dakwah
beliau, karena hal demikian akan membuat orang-orang menjauh dan berpaling dari
beliau. Sehingga sejarah telah mencatat betapa para sahabat begitu mencintai
Rasulullah Saw. melebihi kecintaan mereka atas diri mereka sendiri, atas orang
tua, anak dan istri mereka, sehingga mereka rela berkorban segala hal untuk
beliau, berkorban harta, waktu , tenaga, meninggalkan kesenangan dunia untuk
ikut berjihad bersama beliau dan bahkan rela berkorban nyawa melindungi
Rasulullah Saw. dari serangan musuh dengan diri mereka dan bahkan juga
memerangi orang tua yang menentang dakwah beliau. Semua itu karena Rasulullah
Saw. telah dapat menguasai hati para sahabat beliau.
Kembali
pada hati, kita tidak akan bisa merubah sikap buruk orang pada kita , tapi
rubahlah hatinya pada kita dengan sikap yang lembut padanya, kita juga tak akan
bisa merubah sebuah sistem sebelum kita bisa menguasai hati pembuat sistem,
sehingga pada nantinya mereka sendiri yang akan memperbaiki kesalahan mereka
karena adanya keterpanggilan dari hati mereka.
Manusia
juga bukanlah seperti kerbau yang ketika salah, lambat, tidak menurut, lalu di
hardik, dipukuli, dibentak dan seterusnya. Tapi manusia punya hati yang
didalamnya berkumpul berbagai rasa, keinginan dan kecenderungan. Dan hati
sangat sensitif, ia tidak bisa di sikapi dengan cara keras dan kasar. Ia perlu
akan adanya kasih sayang, perhatian yang terus menerus, adanya cinta dan penghargaan
yang tulus.
Mari kita
cobakan pada diri kita, ketika seseorang yang kita kenal begitu baik, perhatian
, sering menolong, selalu datang pertama disaat kita butuh, penulis yakin kita
pasti akan sayang dan cinta pada orang itu dan kita sangat ingin bisa membalas
kebaikan itu dengan yang lebih baik.
Menguasai
hati memang sulit dan perlu kesabaran, karena tidak dinamakan hati melainkan
seringnya ia berbolak balik, namun ketika ia telah dikuasai, semuanya akan
menjadi mudah, insya Allah.
Semoga
bermanfaat.