Rabu, 22 Agustus 2012 |
0
komentar
oleh Ummu
Mufais
Nenek itu
terlihat lagi di jalan, sudah beberapa kali ini saya berjumpa dengannya, nenek
itu berkebangsaan Rusia dan sudah lama tinggal di Jerman. Namun tak pernah saya
lihat dia bersama dengan suami atau anaknya.
Seperti
biasa saya segera menghapirinya dan mengulurkan tangan saya, untuk berjabat
tangan. Dia langsung menyambutnya dengan senyuman yang begitu manis, sambil
memegang erat tangan saya dia berkata " Du bist noch yung " (kamu
masih muda ), dengan suara yang hampir tidak terdengar dan wajahnya nampak
terlihat agak muram. Lalu dia meneruskan ceritanya " Saya sudah tua, umur
saya sudah 81 tahun, suami saya sakit dan tidak bisa lagi di ajak jalan-jalan,
sedangkan anak saya sibuk sekali. " Ooo rupanya itu yang hendak dia
ceritakan pada saya, namun setelah semua cerita itu selesai, wajahnya kembali
ceria lagi, sambil memandangi anak saya satu persatu.
Tidak
lama kemudian saya berpamitan, karena saya harus segera pergi. Di dalam mobil
saya masih terus saja terbayang wajahnya, mungkin nenek itu ingin sekali di
temani setiap saat jalan-jalan, atau mungkin sekedar untuk mendengarkan
cerita-ceritanya. Saya jadi teringat kedua Orang tua saya yang sudah renta,
beliau berada jauh di negri sebrang, saya tidak dapat memperhatikannya setiap
saat.
Mungkin
di saat tua inilah beliau membutuhkan kasih sayang, teman untuk bercerita,
teman untuk mengeluh dan teman untuk mengajaknya jalan-jalan pagi.
Oh...Ibu
maaf kan anak
mu yang mungkin belum sempat membahagiakan mu, saya tengok anak-anak saya
satu-persatu yang duduk di belakang, mereka berebut bicara untuk mengatakan
kalau nenek tadi adalah, nenek dari temannya yang biasa bermain bersamanya.
Dulu
ketika saya masih di Kassel
dan harus menjalani Operasi, saya juga bertemu dengan seorang nenek yang
mengeluhkan tentang anak-anaknya pula, kebetulan saya satu kamar dengannya. Dia
mengatakan pada saya, " sekarang anak-anak kamu masih kecil-kecil dan
masih nurut, serta masih memberi perhatian pada kamu, tapi nanti kalau anak
kamu sudah besar, maka mereka tidak akan perduli lagi dengan kamu. Ini,
contohnya saja saya, sudah seminggu saya berada di rumah sakit tidak ada
satupun anak saya yang membesuk saya " sambil mengusap air matanya, nenek
itu seakan tenang telah mendapat tempat untuk melepas semua kesedihannya.
Tanpa
sengaja saya langsung berkata, " anggaplah saya anak kamu, saya akan
memanggil kamu Ibu " terlihat wajahnya begitu ceria dan bahagia sekali,
saya juga tidak menyangka, saya begitu entengnya mengatakan hal itu.
Saya
berdoa semoga anak saya tidak seperti yang dia katakan, semoga anak-anak saya
menjaga saya di hari tua, dan mentalkin saya ketika tugas saya di dunia ini
telah berakhir, Semua itu sebenarnya tergantung dari bagaimana kita sebagai
Orang tua mendidik anak-anak kita sejak kecil.
Ada beberapa teman saya yang
berpendapat, bahwa anak-anak itu tidak boleh di larang, biarkan anak-anak kita
bermain dengan senang, dan mengekspresikan kesenangannya. Padahal ketika dulu
saya masih tinggal di Braunschweig, ada seorang Ustadz yang datang dan
berceramah untuk kita-kita tentang pendidikkan anak dalam Islam, Beliau
mengatakan :
"
Anak-anak itu bagaikan kertas putih, bila kita menuliskan sesuatu pada kertas
itu dan salah, ketika kita hapus maka akan ada bekas, walaupun mungkin tidak
begitu terlihat, demikian juga halnya dengan anak-anak, mereka akan terus
menyimpan semua yang terjadi di masa kecil, apa lagi bila si anak tidak di atur
dan tidak di didik dengan baik, maka memori yang dia simpan adalah memori itu
sampai si anak besar ".
"
Dalam melarang anak-anak juga kita harus punya aturan, apakah ketika anak itu
sedang menggambar atau menulis di tembok kita biarkan ?, kita larang dan kita
beri tahu dengan baik dan kita juga memberi contoh ".
"
itulah salah satu cara untuk mendidik anak-anak kita disiplin dalam berbagai
hal ". Semua yang saya dengar dari beliau, menjadi bahan untuk saya dalam
mendidik anak-anak saya, saya ingin anak-anak saya berakhlaq mulia dan menjadi
anak yang sholeh.
bahkan
beliau sempat memberi trik pada semua ibu-ibu yang mungkin cepat marah, agar
ketika si anak bertingkah laku aneh sehingga membuat kita marah, maka peluklah
erat-erat anak itu dan katakan padanya " Semoga kelak kamu jadi President
nak ". Hal itu akan membuat kita terlupa akan marah dan si anak juga akan
menjadi baik. Mengapa beliau mengatakan demikian?, karena terkadang bila si ibu
marah suka lupa untuk mengontrol diri, sehingga perkataan yang keluar itu tidak
bermanfaat, padahal setiap ucapan yang keluar dari mulut seorang ibu itu adalah
doa.
Subhanallah
begitu terkesan bagi saya untuk memahami hal ini, mungkin bagi sebagian orang
tua mendidik anak adalah sesuatu yang sangat indah, karena baginya anak adalah
anugrah yang terindah yang Allah berikan kepadanya. Namun ada juga mereka yang
merasa kesulitan dalam mendidik anak-anaknya, semua itu tergantung pada niat. (
Innamal a´malu binniyat )
Kini saya
tahu kenapa dalam Hadist Rosulullah mendahulukan nama Ibu yang harus di hormati
setelah itu baru Ayah, karena ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, seperti
ibu-ibu yang berada di Palestina sana, mereka mendidik anak-anaknya menjadi
anak-anak yang pemberani, mereka di ajarkan untuk kuat dalam bertempur dan
tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata. Mereka menjadi anak-anak yang tangguh
yang selalu siap kapanpun mereka harus kembali kepada yang Maha Kuasa, mereka
juga harus siap bila di antara saudara atau Orang tua mereka harus syahid
terlebih dahulu, padahal mereka ada yang seumuran dengan anak-anak kita, tapi
mereka telah mempunyai azam yang sangat tinggi sejak kecil.
Ya Allah
jadikanlah anak-anak ku, sebagai pengikut Rosulullah yang setia, dan jagalah
mereka dari siksa api neraka.
Karena
sesungguhnya mereka adalah titipan dari Mu dan amanah yang sangat berat bagi
ku, maka berikanlah kemudahan bagi ku dalam mendidik nya. Amiin.
Rosululloh
SAW bersabda : "Tidaklah orangtua memberikan kepada anaknya pemberian yang
lebih utama selain dari pendidikan yang baik " (HR. Tirmidzi &
Thabrani)
Firman
Allah dalam QS. At tahriim : 6
Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)
Teruntuk
anak-anak Ummi tercinta di jalan Allah, maaf kan Ummi sayang, bila dalam mendidik kalian,
kadang masih ada kekurangan.