Ketika Asa Berbuah Nyata




oleh Ginanjar Cahya Komara
Harapan, mimpi, atau - yang lebih iritnya - asa. Itulah hal yang mutlak dimiliki oleh siapa pun yang tidak mau dibilang orang paling miskin. Setidaknya menurut Bapak Menegpora kita. Rasanya memang aneh jika hidup tanpa punya impian. Terlepas dari impian jangka pendek atau jangka panjang, besar atau kecil, untuk diri sendiri atau orang lain, keluarga, bangsa, atau pun dunia. Tapi seberapa besar dampak impian atau asa terhadap kehidupan seseorang?


Teringat kisah Qarun dengan hartanya yang melimpah. Awalnya Qarun adalah seorang yang miskin, namun saleh dan rajin beribadah. Dia merupakan salah satu pengikut Nabi Musa. Suatu ketika Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikan harta yang berlimpah, dengan alasan agar dia dapat lebih khusyu beribadah. Singkat cerita, Qarun dianugerahi harta yang banyak dan berlimpah. Apa yang terjadi? Bukannya bertambah saleh dan rajin beribadah, Qarun malah sombong dan semakin menjauh dari Allah. Tidak mau Qarun mengeluarkan zakat, terhadap Nabi Musa pun sudah semakin menentang. Akhir cerita, Qarun lenyap ditelan bumi lengkap bersama hartanya yang berlimpah.

Di belahan bumi lain pada waktu yang berbeda, ada sepasang suami istri yang baru saja merajut indahnya pernikahan. Mereka berdua saling mencintai, seolah tak mau berpisah barang sedetik pun. Hari-hari dilalui bagai sepasang kekasih yang memadu cinta dengan kegembiraan, canda tawa, kemesraan, dan kehangatan. Obrolan serta perencanaan seputar anak tak pernah lepas menjadi buah bibir keduanya, yang semakin lama semakin menguatkan cinta diantara mereka. Mereka sangat mendambakan kehadiran buah hati mereka yang pertama, kedua, dan seterusnya.

Setiap hari sang suami selalu membopong sang istri di tangannya, membawanya dari kamar ke pintu depan rumah, mencium keningnya, sebelum akhirnya bertolak mencari nafkah. Menjelang senja sang istri selalu setia menanti kepulangan sang suami di ruang tamu, seolah sang suami sudah tak pulang berbulan-bulan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa sudah 11 tahun mereka menikah. Kehidupan mereka telah berubah menjadi semakin mapan, dengan rumah dan mobil mewah. Sang suami sudah menjadi salah satu pengusaha sukses di negerinya. Sang istri memiliki butik yang dikenal sampai ke mancanegara. Hanya satu hal yang tak berubah. Penghuni rumah mereka tak kunjung bertambah.

Berbagai cara telah dilakukan demi terwujudnya keinginan memiliki anak. Namun tak ada satu pun yang membuahkan hasil. Sang suami mulai uring-uringan, tak jarang mengacuhkan sang istri. Dia menyalahkan istrinya yang tak mampu memberinya anak. Sebaliknya sang istri menuduh suaminya yang mandul. Kini hari-hari mereka dilalui dengan dingin. Pertengkaran demi pertengkaran menghiasi rumah mereka yang laksana istana. Tak ada lagi bopongan sang suami sebelum bekerja. Tak ada lagi sang istri yang menyambut kepulangan sang suami. Akhirnya, pernikahan mereka berujung di pengadilan agama dengan perceraian.

Lain cerita lagi, ada seorang pemuda tampan yang masih duduk di bangku kuliah. Pemuda ini sangat ingin memiliki sebuah mobil, seperti teman-temannya yang lain. Setiap hari dia hanya dapat memandang iri teman-temannya yang datang dan pergi ke kampus mengendarai mobil. Sedangkan dia, untuk mencapai kampusnya, harus rela berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan yang lain. Berdesak-desakan di bus bersama penumpang yang lain. Berebut tempat di angkot, sampai kejar-kejaran dengan kereta. Namun keinginannya memiliki mobil ini tak pernah dijembatani dengan usaha untuk meraihnya, sekalipun dengan mengatakannya pada orang lain. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Suatu malam, sang pemuda baru saja pulang ke rumahnya. Terkejut didapatinya sebuah mobil terparkir rapi di garasi rumahnya, tepat di samping mobil sedan milik ayahnya. Mobil itu cantik dan masih baru. Catnya masih mulus mengkilap. Jok mobilnya masih rapat terbungkus plastik. Masa berakhir plat nomornya masih 5 tahun dari sekarang. Segera si pemuda bergegas ke dalam rumah, mencari sosok ayahnya dan bertanya mobil siapa itu. Dengan seuntai senyum sang ayah menjawab, "Itu mobil untukmu, Nak..". Betapa senang pemuda tersebut. Begitu senangnya sampai malam itu tak dapat ia memejamkan mata, tak sabar menunggu hari esok untuk segera menjajal mobil barunya. Kini si pemuda telah menjalani hari-harinya bersama mobil barunya. Tak ada lagi berdesakan di bus, berebut angkot, atau pun kejar-kejaran dengan kereta.

Suatu ketika, Si pemuda pergi ke rumah temannya. Tak lupa ia membawa serta tunggangan barunya. Diparkirnya mobil di pinggir jalan, tepat di depan rumah temannya. Cukup lama si pemuda berada di rumah temannya, bersenda gurau sambil bermain game. Tak lama kemudian si pemuda pamit pulang. Alangkah terkejutnya ketika ia tak mendapati mobilnya berada di tempat di mana seharusnya mobilnya berada. Mobilnya hilang! Ada orang yang mengambilnya, dan pemuda itu tak tahu siapa, kapan, dan bagaimana orang itu mengambil mobilnya.

Begitulah, berbagai fenomena dapat terjadi yang semuanya bermula dari sebuah asa. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan ketika asa berbuah nyata, atau sebaliknya?

http://ginanjarck.web.id

Belajar Memaafkan dan Ikhlas



oleh Ummu Mufais

Di dalam Ash-Shahi disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian, tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim]

Karena hati adalah cerminan akhlaq setiap manusia, bila hati seseorang itu rusak maka rusak pulalah jasadnya.

Di dalam hadist Rosulullah SAW, disebutkan bahwa “….di dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad itu seluruhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Alaa wahiyal qolbu. Itulah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah hati yang selalu menjadi raja dalam diri kita, apa bila kita tidak mengendalikannya dengan baik, maka hati itu akan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa, syirik, dengki, dendam dan pemarah. Setiap manusia di berikan hati oleh Allah swt untuk menentukan satu kebaikan, apa bila hati itu tidak di bimbing dengan baik, maka dia akan rusak, serta membawa jasad kita pada keburukan akhlaq. Nauzubillahi min zalik.

Ketika masa SMA dulu, saya sering mendengar perseteruan antara teman, yang mungkin sebenarnya dapat di selesaikan dengan baik, namun tahun sudah berlalu, rasa sakit itu masih di bina, sehingga ketika bertemu, bagai dua orang yang tidak pernah kenal satu sama lain. Ini mungkin yang harus kita perbaiki, dimana setiap hati itu kita yang mengendalikan, dan bila si empunya hati itu terus menerapkan keikhlasan, maka tidak akan terjadi saling tuding dan saling emosi yang mengakibatkan jidal ( saling menjawab/ bantah-bantahan). Sering kali kita lupa pada diri kita, bila kita sudah melihat keburukan seseorang, banyak argumentasi yang selalu ingin membenarkan diri kita sendiri.

Sesungguhnya sifat pemaaf itu lah yang membentuk diri kita menjadi seseorang yang berhati mulia dan Allah s.w.t menyukai orang-orang yang bersifat pemaaf.

Firman Allah swt, yang bermaksud: "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (Surah Al-Imran:Ayat 134)

Saya telah banyak dapat pelajaran berharga dari si kecil. Saat ini dia berumur 10 tahun, sejak kecil saya sudah mengajarkannya untuk menjadi orang pemaaf, demikian juga dengan kedua anak saya yang lain. Tapi memang si kecil ini lebih kritis dari kedua kakaknya, sehingga sering sekali saya mendapat teguran darinya. Contohnya saja ketika dia masih di sekolah TK, hampir setiap hari saya harus mengantar dan menjemputnya.

Suatu hari saya pernah mendapat teguran darinya, saat itu saya sedang menjemputnya dari TK, dan pada saat hendak naik Tram ( kereta ), si kecil saya melihat ada seorang nenek menbawa tas berat, dan saya sama sekali tidak memperhatikannya, tiba-tiba dia menegur saya " Ummi...kenapa kok Ummi gak bantuin nenek itu sih ?, kan kasihan, nanti kalau Ummi sudah tua juga kayak dia gimana? " Saya benar-benar tersentuh dengan tegurannya, saya tidak menyangka dia akan berkata demikian, karena memang sejak tadi saya tidak memperhatikan nenek itu sama sekali.

Sejak saat itu saya harus lebih hati-hati lagi dalam melakukan sesuatu, seperti beberapa hari lalu, saya juga di kejutkan dengan ulahnya. Saat itu dia pulang dengan membawa coklat yang masih utuh, padahal coklat itu saya berikan untuknya sebagai tambahan, bila nanti di sekolah dia masih lapar, tapi rupanya dia tidak memakannya, padahal setahu saya dia sangat suka sekali dengan coklat itu. Ketika saya tanya, "kenapa coklatnya belum di makan", dia menjawab

" sebenarnya coklat ini tadi ismail kasihin ke daniel, tapi dia minta pegangin dulu, lalu kebawa pulang deh "

Jawaban itu membuat hati saya terharu, karena baru saja kemarin anak saya di buat kesal oleh temannya itu. ceritanya temannya itu memberi kertas mainan kepadanya, tapi ketika dia hendak pulang kertas itu di mintanya kembali, terlihat di wajahnya sangat sedih, begitu dia sampai di rumah. Dan saat itu anak saya ingin memberikan coklat kesayangannya itu untuk temannya yang sudah menyakitinya. Ketika saya tanya lagi pada dia,

" kenapa coklat itu hendak di berikan ke temannya "

" karena dia kan teman Ismail " ,

subhanallah nak sungguh bersih hati mu, semoga Allah swt menjaganya senantiasa.

Itu semua jadi pelajaran untuk saya, agar senantiasa membersihkan hati dari dendam dan senantiasa ikhlas, walaupun mungkin kita sudah di sakitinya, namun memaafkan itu lebih indah dari pada menyimpan dendam. Kadang kita merasa dia ( teman kita) sudah menyakiti kita, tapi apakah teman kita itu tahu bahwa kata-katanya telah membuat kita tersinggung, adakalanya kita terlalu sensitif dan terlalu berperasaan, sehingga tidak memakai logika yang baik. Saya juga pernah dapat nasehat dari kakak saya, saat itu saya juga sedang tersinggung dengan seseorang, ketika saya mengadukan hal itu pada kakak saya, lalu kakak saya mengatakan :

" kalau seseorang telah menyakiti kamu, lihatlah satu kebaikan yang pernah dia perbuat terhadap kamu, maka kamu akan terlupa dengan kata-kata atau perbuatannya yang manyakiti kamu, dan kamu akan memaafkannya ".

Itulah hati, sekerat daging yang ada di dalam tubuh kita, yang kian hari kian baik bila kita memeliharanya dengan menumbuhkan cinta serta ikhlas kepada siapa pun. Dan juga pada yang memberikan hati yaitu ALLAH Azza wa Jalla.

Seperti dikatakan Rasullulah SAW dalam sebuah Hadits. “Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Mari teman-teman kita bersihkan hati kita dari segala penyakit hati, perangilah hati kita dari semua keburukan, karena hati merupakan hakikat manusia,
sekaligus menjadi cermin kebaikan dan kerusakannya. Kita tidak harus memburu hati kita dengan senapan, seperti perang yang terjadi di Palestina dengan para zionis israel, karena memang seluruh dunia tahu bahwa perang itu adalah untuk menumpas kebathilan, berbeda dengan kita, yang hanya memerangi hati kita dari penyakit hati, dengan cara dzikir dan berdoa, serta memohon pada yang Maha Kuasa agar hati kita di tetapkan dalam kebaikan.

Ingatkah kita tentang cerita Rosulullah saw kepada Anas bin Malik, ketika itu Beliau sedang berkumpul dengan para sahabat, lalu Beliau mengtakan kepada para sahabat, akan datang seorang ahli syurga. Sehingga salah satu dari sahabat sempat bermalam di rumahnya, untuk mengetahui apa saja yang telah di kerjakan oleh ahli syurga tersebut, namun tidak ada yang istimewa dengan nya, melainkan ketika dia hendak tidur, dia selalu memaafkan dan tidak punya dendam pada siapa pun. Jadi memang tidak ada yang istimewa darinya, kecuali kebersihan hati yang di milikinya.

Inginkah kita juga menjadi ahli syurga...? jadilah hamba Allah yang pemaaf yang selalu membersihkan hati kita dari segala penyakit hati. Dan jangan lupa pula, kita doa kan teman-teman kita yang mungkin tidak sengaja telah menyinggung perasaan dan hati kita, saat berinteraksi dengan kita, semoga Allah swt memberi hidayah kepadanya. Amiin ya Robbal´alamiin.

Translator dari Indonesia ke . .

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Indahnya Hikmah dari kehidupan Manusia, sejak dilahirkan hingga dewasa dan akhirnya kembali ke Haribaan ALLAH SWT, bagaikan indahnya kembang jambu, kemudian berproses menjadi buah yang bermanfaat bagi mahluk lainnya. Semoga Keindahan kehidupan kita tidak sirna walaupun kita telah tiada.

Selamat membaca

Blog ini berisi kumpulan artikel OASE IMAN yang pernah dimuat di http://www.eramuslim.com/oase-iman Banyak hal menarik yang dapat kita teladani dari sauri teladan kisah-kisah dan hikmah dibaliknya. Untuk itu maka, arsip tulisan ini terasa sangat sayang jika hanya disimpan di dalam file saja.

Dengan adanya blog ini, Semoga membawa manfaat bersama kepada saudara-saudaraku semua.

Sahabat KembangJambu, ada di. .

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.