Mencintaimu Karena Allah SWT

oleh Fivy Miftahiyah

Apa yang engkau rasakan di hari ini, suamiku? Masih samakah dengan sembilan tahun yang lalu, ketika pertama kali kita bersanding sebagai raja dan ratu sehari? Seusai ijab qabul yang engkau ucapkan dengan mantab, namun terdengar begitu syahdu di telingaku; sehingga tak kuasa ku menahan uraian air mata…

Tentu bukan kesedihan yang menggelayuti batinku. Air mata syukur karena saat itu, Allah SWT telah menakdirkanmu menjadi pendampingku.

Mulai saat itu, bersama kita mengarungi samudera di dalam bahtera rumah tangga. Banyak kejutan-kejutan, yang berasa pahit dan manis. Karena sebelumnya engkau bukanlah siapa-siapa, namun tiba-tiba menjadi pemandu hidup yang mesti aku patuhi.

Ternyata tak gampang melakukan segala apa yang telah aku ‘azamkan sebelumnya. Siapa yang tak ingin menjadi isteri sholihah. Mampu menerima dengan ikhlas segala kelebihan dan kekurangan suami. Membaktikan diri sepenuh hati kepada suami, untuk meraih ridho Illahi? Tentu setiap wanita mendambakannya. Demikian juga dengan diriku… Namun aku belum yakin benar, apakah gelar mulia itu telah pantas engkau anugerahkan kepadaku.

Tak bisa kupungkiri, betapa masih banyak tingkah kekanakan-ku membuat gundah hatimu. Sering nasihatmu kusambut dengan paras kecut, sedih, bahkan dengan berlari meninggalkanmu. Tapi percayalah.., bukan karena aku tak patuh kepadamu, melainkan karena begitu rapuhnya diriku yang belum siap dengan pola yang engkau terapkan. Engkau dibesarkan dalam keluarga yang begitu lugas dan keras. Jauh berbeda dengan segala didikan yang sebelumnya kualami… Aku yakin, suatu saat aku akan menjadi lebih tegar dan mampu menjadi sosok yang engkau harapkan.

Suamiku…sembilan tahun sudah berlalu. Tiga orang buah hati telah hadir di tengah-tengah kita. Anugerah dari-Nya yang teramat berarti, mengisi lembaran-lembaran kehidupan kita berdua. Mereka begitu indah menorehkan kisah-kisah sedih dan gembira. Ada persaudaraan yang tulus, ada pula pertengkaran-pertengkaran yang menguji kesabaran kita. Menguji keadilan dan kearifan kita sebagai orangtua.

Setelah sekian lama kita bersama, sudahkah kita saling mengenal? Adakah engkau bahagia hidup bersamaku? Setidaknya senantiasa muncul dari lubuk hatiku, untuk lebih dan lebih mengenalmu. Untuk terus dan terus menambah baktiku. Supaya dapat aku menjadi seorang yang engkau terima dengan ikhlas. Supaya dapat kita seiring sejalan menjaga dan mendidik anak-anak kita. Agar kelak, kita dapat mempertanggungjawabkan di hadapan Sang Pemberi Amanah. Dan…betapa inginnya hatiku, jika aku-lah yang menjadi bidadarimu di negeri abadi… Amin.

Suamiku, dengan tulus kuucapkan…., aku mencintaimu karena Allah SWT di ulang tahun ke sembilan pernikahan kita.


Label:

0 komentar:

Posting Komentar

Translator dari Indonesia ke . .

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Indahnya Hikmah dari kehidupan Manusia, sejak dilahirkan hingga dewasa dan akhirnya kembali ke Haribaan ALLAH SWT, bagaikan indahnya kembang jambu, kemudian berproses menjadi buah yang bermanfaat bagi mahluk lainnya. Semoga Keindahan kehidupan kita tidak sirna walaupun kita telah tiada.

Selamat membaca

Blog ini berisi kumpulan artikel OASE IMAN yang pernah dimuat di http://www.eramuslim.com/oase-iman Banyak hal menarik yang dapat kita teladani dari sauri teladan kisah-kisah dan hikmah dibaliknya. Untuk itu maka, arsip tulisan ini terasa sangat sayang jika hanya disimpan di dalam file saja.

Dengan adanya blog ini, Semoga membawa manfaat bersama kepada saudara-saudaraku semua.

Blog Archive

Sahabat KembangJambu, ada di. .

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.