Memaknai Waktu Luang

SAYA masih duduk bertafakur di dalam masjid setelah menunaikan shalat Isya malam itu. Ketika tiba-tiba sebuah pertanyaan melintas tanpa permisi di benak ini.

Apa yang menghalangimu untuk menunaikan dua rakaat shalat ba’diyah Isya?

Hening. Masjid sudah sepi dari para jamaah, menyisakan saya dan dua orang jamaah lain di belakang saya yang juga masbuk. Suara putaran tiga kipas angin yang terpasang di dinding dan langit-langit masjid mengisi sepi yang mulai merayap pasti.

Belum sempat syaraf di otak saya memproses sebuah jawaban, pertanyaan berikutnya sudah mencuat.

Bukankah kau ingin diakui sebagai umat Rasulullah Saw. kelak di hari Kiamat?

Ibnu ‘Umar r.a. berkata, “Aku hafal 10 rakaat (shalat sunah) Nabi Saw., yaitu 2 rakaat sebelum Zhuhur, 2 rakaat setelah Zhuhur, 2 rakaat setelah Maghrib di rumahnya, 2 rakaat setelah Isya di rumahnya, dan 2 rakaat sebelum Shubuh.” (H.R. Bukhari)

Betul sekali.

Bahkan saya sangat sangat ingin diakui sebagai bagian dari umat Rasulullah Saw. kelak pada hari dimana manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Pada hari ketika ruh dan malaikat berdiri bershaf-shaf, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan hari di saat orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah saja.”

Adakah alasan untuk mengabaikannya?

Saya teringat ketika lebih tujuh tahun ke belakang masih sering mudik ke kampung halaman di Sumatera dengan menggunakan bis AKAP yang memakan waktu di jalan hampir 40 jam. Bunda hampir tak pernah lupa mengingatkan saya untuk tidak usah berlama-lama ketika menunaikan shalat selama di perjalanan karena berbagai alasan yang dikhawatirkannya.

Saya bisa memakluminya, karena shalat wajib pun dianjurkan untuk diqashar dan sekaligus dijamak selama di perjalanan.

Sedangkan sekarang ini, saya tidak sedang menempuh perjalanan jauh dan tak ada urusan mendesak untuk dikerjakan. Tidak dalam kondisi gawat darurat karena perang sedang berkecamuk, atau dingin yang sangat, dan sehat wal afiat pula.

Tapi kan hukumnya sunah, bukan wajib, sisi hati saya yang lain menyumbangkan argumennya.

Lantas kapan kau akan mulai mengerjakannya? Semoga kau masih punya kesempatan sebelum nafasmu sampai di kerongkongan!

Buk! Seperti bogem mentah yang menyodok telak keengganan-keengganan saya selama ini. Dan saya pun menyerah.

Ya Allah, bantu aku untuk meneladani jejak-jejak Rasul-Mu di sisa usiaku. Amin.

***


Jika setiap diri meyadari betapa berharganya waktu luang, tentu tidak akan pernah terjadi seorang pelajar atau mahasiswa menerapkan cara belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) saat masa ujian tiba. Tidak akan terjadi kelak di hari Pembalasan sebagian manusia berteriak minta dikembalikan ke dunia untuk melakukan amal kebaikan.

Mahasuci Allah yang telah menurunkan surat Al-‘Ashr dan Rasulullah Saw. yang telah mengingatkan kita tentang lima perkara sebelum datang lima perkara yang sebaliknya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dikarunia kepekaan untuk mengambil pelajaran dari setiap episode kehidupan ini.

Allahu a’lam bish-shawaab.

***



29 Juni 2oo9 1o:o8 p.m.

http://setta81.multiply.com


oleh Setta SS

Label:

0 komentar:

Posting Komentar

Translator dari Indonesia ke . .

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Indahnya Hikmah dari kehidupan Manusia, sejak dilahirkan hingga dewasa dan akhirnya kembali ke Haribaan ALLAH SWT, bagaikan indahnya kembang jambu, kemudian berproses menjadi buah yang bermanfaat bagi mahluk lainnya. Semoga Keindahan kehidupan kita tidak sirna walaupun kita telah tiada.

Selamat membaca

Blog ini berisi kumpulan artikel OASE IMAN yang pernah dimuat di http://www.eramuslim.com/oase-iman Banyak hal menarik yang dapat kita teladani dari sauri teladan kisah-kisah dan hikmah dibaliknya. Untuk itu maka, arsip tulisan ini terasa sangat sayang jika hanya disimpan di dalam file saja.

Dengan adanya blog ini, Semoga membawa manfaat bersama kepada saudara-saudaraku semua.

Blog Archive

Sahabat KembangJambu, ada di. .

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.