Selasa, 18 September 2012 |
0
komentar
oleh Ummu
Mufais
Di dalam
Ash-Shahi disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
"Artinya
: Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian,
tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim]
Karena
hati adalah cerminan akhlaq setiap manusia, bila hati seseorang itu rusak maka
rusak pulalah jasadnya.
Di dalam
hadist Rosulullah SAW, disebutkan bahwa “….di dalam jasad itu ada sekerat
daging, jika ia baik, maka baiklah jasad itu seluruhnya, dan jika ia rusak,
maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Alaa wahiyal qolbu. Itulah hati.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Itulah
hati yang selalu menjadi raja dalam diri kita, apa bila kita tidak mengendalikannya
dengan baik, maka hati itu akan menjerumuskan kita pada perbuatan dosa, syirik,
dengki, dendam dan pemarah. Setiap manusia di berikan hati oleh Allah swt untuk
menentukan satu kebaikan, apa bila hati itu tidak di bimbing dengan baik, maka
dia akan rusak, serta membawa jasad kita pada keburukan akhlaq. Nauzubillahi
min zalik.
Ketika
masa SMA dulu, saya sering mendengar perseteruan antara teman, yang mungkin
sebenarnya dapat di selesaikan dengan baik, namun tahun sudah berlalu, rasa
sakit itu masih di bina, sehingga ketika bertemu, bagai dua orang yang tidak
pernah kenal satu sama lain. Ini mungkin yang harus kita perbaiki, dimana
setiap hati itu kita yang mengendalikan, dan bila si empunya hati itu terus
menerapkan keikhlasan, maka tidak akan terjadi saling tuding dan saling emosi
yang mengakibatkan jidal ( saling menjawab/ bantah-bantahan). Sering kali kita
lupa pada diri kita, bila kita sudah melihat keburukan seseorang, banyak
argumentasi yang selalu ingin membenarkan diri kita sendiri.
Sesungguhnya
sifat pemaaf itu lah yang membentuk diri kita menjadi seseorang yang berhati
mulia dan Allah s.w.t menyukai orang-orang yang bersifat pemaaf.
Firman
Allah swt, yang bermaksud: "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan" (Surah Al-Imran:Ayat 134)
Saya
telah banyak dapat pelajaran berharga dari si kecil. Saat ini dia berumur 10
tahun, sejak kecil saya sudah mengajarkannya untuk menjadi orang pemaaf,
demikian juga dengan kedua anak saya yang lain. Tapi memang si kecil ini lebih
kritis dari kedua kakaknya, sehingga sering sekali saya mendapat teguran
darinya. Contohnya saja ketika dia masih di sekolah TK, hampir setiap hari saya
harus mengantar dan menjemputnya.
Suatu
hari saya pernah mendapat teguran darinya, saat itu saya sedang menjemputnya
dari TK, dan pada saat hendak naik Tram ( kereta ), si kecil saya melihat ada
seorang nenek menbawa tas berat, dan saya sama sekali tidak memperhatikannya,
tiba-tiba dia menegur saya " Ummi...kenapa kok Ummi gak bantuin nenek itu
sih ?, kan kasihan, nanti kalau Ummi sudah tua juga kayak dia gimana? "
Saya benar-benar tersentuh dengan tegurannya, saya tidak menyangka dia akan
berkata demikian, karena memang sejak tadi saya tidak memperhatikan nenek itu
sama sekali.
Sejak
saat itu saya harus lebih hati-hati lagi dalam melakukan sesuatu, seperti
beberapa hari lalu, saya juga di kejutkan dengan ulahnya. Saat itu dia pulang
dengan membawa coklat yang masih utuh, padahal coklat itu saya berikan untuknya
sebagai tambahan, bila nanti di sekolah dia masih lapar, tapi rupanya dia tidak
memakannya, padahal setahu saya dia sangat suka sekali dengan coklat itu.
Ketika saya tanya, "kenapa coklatnya belum di makan", dia menjawab
"
sebenarnya coklat ini tadi ismail kasihin ke daniel, tapi dia minta pegangin
dulu, lalu kebawa pulang deh "
Jawaban
itu membuat hati saya terharu, karena baru saja kemarin anak saya di buat kesal
oleh temannya itu. ceritanya temannya itu memberi kertas mainan kepadanya, tapi
ketika dia hendak pulang kertas itu di mintanya kembali, terlihat di wajahnya
sangat sedih, begitu dia sampai di rumah. Dan saat itu anak saya ingin
memberikan coklat kesayangannya itu untuk temannya yang sudah menyakitinya.
Ketika saya tanya lagi pada dia,
"
kenapa coklat itu hendak di berikan ke temannya "
"
karena dia kan
teman Ismail " ,
subhanallah
nak sungguh bersih hati mu, semoga Allah swt menjaganya senantiasa.
Itu semua
jadi pelajaran untuk saya, agar senantiasa membersihkan hati dari dendam dan
senantiasa ikhlas, walaupun mungkin kita sudah di sakitinya, namun memaafkan
itu lebih indah dari pada menyimpan dendam. Kadang kita merasa dia ( teman
kita) sudah menyakiti kita, tapi apakah teman kita itu tahu bahwa kata-katanya
telah membuat kita tersinggung, adakalanya kita terlalu sensitif dan terlalu
berperasaan, sehingga tidak memakai logika yang baik. Saya juga pernah dapat
nasehat dari kakak saya, saat itu saya juga sedang tersinggung dengan
seseorang, ketika saya mengadukan hal itu pada kakak saya, lalu kakak saya
mengatakan :
"
kalau seseorang telah menyakiti kamu, lihatlah satu kebaikan yang pernah dia
perbuat terhadap kamu, maka kamu akan terlupa dengan kata-kata atau
perbuatannya yang manyakiti kamu, dan kamu akan memaafkannya ".
Itulah
hati, sekerat daging yang ada di dalam tubuh kita, yang kian hari kian baik
bila kita memeliharanya dengan menumbuhkan cinta serta ikhlas kepada siapa pun.
Dan juga pada yang memberikan hati yaitu ALLAH Azza wa Jalla.
Seperti
dikatakan Rasullulah SAW dalam sebuah Hadits. “Hati itu ada empat, yaitu hati
yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang
mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati
yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta
hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan
Thabrani).
Mari
teman-teman kita bersihkan hati kita dari segala penyakit hati, perangilah hati
kita dari semua keburukan, karena hati merupakan hakikat manusia,
sekaligus
menjadi cermin kebaikan dan kerusakannya. Kita tidak harus memburu hati kita
dengan senapan, seperti perang yang terjadi di Palestina dengan para zionis
israel, karena memang seluruh dunia tahu bahwa perang itu adalah untuk menumpas
kebathilan, berbeda dengan kita, yang hanya memerangi hati kita dari penyakit
hati, dengan cara dzikir dan berdoa, serta memohon pada yang Maha Kuasa agar
hati kita di tetapkan dalam kebaikan.
Ingatkah
kita tentang cerita Rosulullah saw kepada Anas bin Malik, ketika itu Beliau
sedang berkumpul dengan para sahabat, lalu Beliau mengtakan kepada para
sahabat, akan datang seorang ahli syurga. Sehingga salah satu dari sahabat
sempat bermalam di rumahnya, untuk mengetahui apa saja yang telah di kerjakan
oleh ahli syurga tersebut, namun tidak ada yang istimewa dengan nya, melainkan
ketika dia hendak tidur, dia selalu memaafkan dan tidak punya dendam pada siapa
pun. Jadi memang tidak ada yang istimewa darinya, kecuali kebersihan hati yang
di milikinya.
Inginkah
kita juga menjadi ahli syurga...? jadilah hamba Allah yang pemaaf yang selalu
membersihkan hati kita dari segala penyakit hati. Dan jangan lupa pula, kita
doa kan
teman-teman kita yang mungkin tidak sengaja telah menyinggung perasaan dan hati
kita, saat berinteraksi dengan kita, semoga Allah swt memberi hidayah
kepadanya. Amiin ya Robbal´alamiin.
0 komentar:
Posting Komentar